ILMU PENGERTAHUAN DAN TEKNOLOGI
Teknologi
dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyongsong masa depan cerah,
kepercayaannya sudah medalam. Sikap demikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks
penglihatan yang rasional. Sebab teknologi mempunyai dapak sosial yang sering lebih
penting artinya dibandingkan kehebatan teknologi itu sendiri. Ilmu pengetahuan
dan teknologi bisa dibeda- bdakan tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari
suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka
nasional seperti kemiskinan. Maka ada interrelasi, interaksi, dan
interdependensi antara kemiskinan dan sistem “ilmu pengetahuan dan teknologi”.
Saat ini sudah dikontantasi, bahwa negara-negara teknologi maju telah memasuki
tahap superindustrialisme, melalui teknologi tiga tahap yaitu ide kreatif,
penerapan praktisnya, dan difusi atau penyebarluasan dalam masyarakat. Semua
ini bisa berpotensi buruk bagi kehidupan
bermasyarakat seperti potensi merusak dan
potensi kekuasaan. Oleh karena itu teknologi membutuhkan bimbingan moral atau
ajaran-ajaran agama. Teknologi tepat guna sering tidak mampu melawan teknologi
barat yang sering di bawa masuk oleh orang-orang yang bermodal besar. Ciri-ciri
teknologi barat :
1.
Serba intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi,
tenaga kerja dan lain-lain. Sehingga akrab dengan kaum elit daripada dengan
buruh sendiri.
2.
Dalam struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan
sifat ketergantungan.
3.
Kosmologi atau pandangan teknologi barat adalah menganggap
dirinya sebagai pusat feriferi, waktu berkaitan dengan kemajuan secara linier,
memahami realitas secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau
menganbil jarak dengan alam.
ILMU
PENGETAHUAN
Pengetahuan
bermacam-macam pengertiannya, seperti menurut Aristoteles bahwa pengetahuan merupakan
pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Oleh Bacon dan
David Home diartikan pengalam indera dan batin. Menurut Immanuel Kant
pengetahuan merupakan peratuan antara budi dan pengalaman, dan teori Phyroo
mengatakan bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahauan. Untuk membuktikan
apakah isi pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori-teori kebenaran
pengetahuan. Bertitik tolak adanya hubungan dalil, dimana pengetahuan dianggap
benar apa bila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil
(proposisi) yang terdahulu. Kedua, pengetahuan itu benar bila ada kesesuaian
dengan kenyataan. Teori ketiga menyatkan, bahwa pengetahuan itu benar apabila
mempunyai konsekuensi praktis dalm diri yang mempunyai pengetahuan itu.
Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan
bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang menjadi
tujuan penelitian bulat dan utuh. Serta objek formal, yaitu sudut pandangan
yang mengarah pada persoalan yang menjadi pusat perhatian langkah-langkah dalam
memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan.
Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diaahkan kepada fakta yang
mendukung apa yang diikirkan untuk sistemasi. Kemudian menggolong-golongkan dan
membuktikan dengan cara berfikir analitis, sintesi, induktif dan deduktif. Yang
terakhir adalah pengujian kesimpulan dengan mehadapkan fakta-fakta sebagai
upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan perlu
diperhatiakn hambatan sosialnya. Bagaimana konteksnya dengan teknologi dan
kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan dan pertimbangan moral dan ilmiah.
Sebab manusia tidak selalu sadar akan hal ini, dan manusia paling sederhanapun
hanya menerima informasi mengenai kemungkinan yang dihasilkan oleh
penelitian-penelitian sebelumnya.
Buku Ilmu Sosial Dasar, Penulis Harwantiyoko dan Neltje F.
Katuuk.
Abu Ahmadi, Drs, ILMU SOSIAL DASAR, Rineka Cipta, Juli 1991


