Senin, 17 Februari 2014


ILMU PENGERTAHUAN DAN TEKNOLOGI
            Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyongsong masa depan cerah, kepercayaannya sudah medalam. Sikap demikian adalah  wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional. Sebab teknologi mempunyai dapak sosial yang sering lebih penting artinya dibandingkan kehebatan teknologi itu sendiri. Ilmu pengetahuan dan teknologi bisa dibeda- bdakan tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan. Maka ada interrelasi, interaksi, dan interdependensi antara kemiskinan dan sistem “ilmu pengetahuan dan teknologi”. Saat ini sudah dikontantasi, bahwa negara-negara teknologi maju telah memasuki tahap superindustrialisme, melalui teknologi tiga tahap yaitu ide kreatif, penerapan praktisnya, dan difusi atau penyebarluasan dalam masyarakat. Semua ini bisa berpotensi  buruk bagi kehidupan bermasyarakat  seperti potensi merusak dan potensi kekuasaan. Oleh karena itu teknologi membutuhkan bimbingan moral atau ajaran-ajaran agama. Teknologi tepat guna sering tidak mampu melawan teknologi barat yang sering di bawa masuk oleh orang-orang yang bermodal besar. Ciri-ciri teknologi barat :
1.       Serba intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain. Sehingga akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh sendiri.
2.       Dalam struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat ketergantungan.
3.       Kosmologi atau pandangan teknologi barat adalah menganggap dirinya sebagai pusat feriferi, waktu berkaitan dengan kemajuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau menganbil jarak dengan alam.
ILMU PENGETAHUAN
                Pengetahuan bermacam-macam pengertiannya, seperti menurut Aristoteles bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Oleh Bacon dan David Home diartikan pengalam indera dan batin. Menurut Immanuel Kant pengetahuan merupakan peratuan antara budi dan pengalaman, dan teori Phyroo mengatakan bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahauan. Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori-teori kebenaran pengetahuan. Bertitik tolak adanya hubungan dalil, dimana pengetahuan dianggap benar apa bila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu. Kedua, pengetahuan itu benar bila ada kesesuaian dengan kenyataan. Teori ketiga menyatkan, bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalm diri yang mempunyai pengetahuan itu.

Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh. Serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang mengarah pada persoalan yang menjadi pusat perhatian langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diaahkan kepada fakta yang mendukung apa yang diikirkan untuk sistemasi. Kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berfikir analitis, sintesi, induktif dan deduktif. Yang terakhir adalah pengujian kesimpulan dengan mehadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan perlu diperhatiakn hambatan sosialnya. Bagaimana konteksnya dengan teknologi dan kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan dan pertimbangan moral dan ilmiah. Sebab manusia tidak selalu sadar akan hal ini, dan manusia paling sederhanapun hanya menerima informasi mengenai kemungkinan yang dihasilkan oleh penelitian-penelitian sebelumnya.

Buku Ilmu Sosial Dasar, Penulis Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk.

Abu Ahmadi, Drs, ILMU SOSIAL DASAR, Rineka Cipta, Juli 1991
    

0 komentar:

Posting Komentar