Pernahkah anda mendengar istilah
menggabungkan beberapa disk seolah-olah menjadi satu disk pada komputer
dengan beberapa disk yang berfungsi sebagai penyimpanan data sedangkan yang
lain sebagai koreksi error? Itulah yang dinamakan RAID (Redundant Array
of Inexpensive/Independent Disk). Pada kesempatan ini, akan dijelaskan
pengertian dan jenis-jenis RAID.
RAID adalah suatu sistem
yang terbentuk dari beberapa hardisk/drive yang digunakan untuk
mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer
denagan menggunakan cara redudansi (penumpukan) data dan meningkatkan keandalan
kinerja I/O dari harddisk. Ada beberapa jenis dari RAID yaitu RAID 0 s/d RAID 6
Pada
RAID 0 ini membutuhkan minimal 2 harddisk yang digunakan. Sebenarnya RAID 0 ini
belum bisa dikatakan sebagai RAID karena tidak ada harddisk yang berfungsi
sebagai koreksi errornya. Prinsip dari RAID 0 adalah menggabungkan kapasitas
harddisk satu dengan yang lainnya sehingga secara logika hanya terlihat satu
harddisk yang terbaca pada komputer dengan kapasitas besar. Data yang ditulis
pada harddisk-harddisk tersebut terbagiatas fragmen-fragmen. Dimana fragmen-fragmen
tersebut disebar diseluruh harddisk. Ada keuntungan dan kekurangan dari
pembentukan RAID 0 ini.
Keuntungannya adalah memungkinkan kita untuk
menghemat biaya dan juga dapat membuat harddisk dalam kapasitas yang besar yang
tentunya belum ada dipasaran. Sebagai contoh :
Kita memerlukan harddisk dalam kapasitas besar yakni
5TB. Sedangkan dipasaran sekarang harddisk dalam kapasitas tersebut belum
tersedia. Jika adapun akan dibandrol dengan harga yang sangat mahal. Kita dapat
mengakalinya untuk membuat harddisk 5 TB tersebut yakni dengan menggunakan
prinsip dari RAID 0 ini. Kita memerlukan 10 buah harddisk dengan kapasitas
500GB (harga 1 harddisk sekitar 450 ribu) atau memerlukan 5 buah harddisk
dengan kapasitas 1TB (harga 1 buah harddisk sekitar 1juta). Maka untuk membuat
haddisk dengan kapasitas 5 TB kita membutuhkan biaya sekitar 4,5 - 5 juta. Jika
dibandingkan dipasaran (jika ada) sekarangpun harddisk dengan kapasitas 5 TB
akan dibandroll dengan harga diatas 5 juta. Nah inilah kenapa disebut sebagai Redundant
Array of Inexpensive Disk.
Keuntungan lainnnya adalah data dapat dibaca secara
cepat dengan RAID 0 karena saat komputer membaca sebuah fragmen di satu
harddisk, komputer juga dapat membaca fragmen lain di harddisk lainnya.
Kekurangannya adalah karena tidak ada harddisk yang
berfungsi sebagai koreksi errornya untuk mengembalikan data kebentuk semula
maka jika salah satu harddisk mengalami kerusakan fisik maka data tidak akan
dapat dibaca sama sekali.
2.)
RAID 1 (mode mirroring)
Membutuhkan
ninimal 2 harddisk. Prinsipnya adalah menyalin isi dari sebuah harddisk ke
harddisk lainnya dengan tujuan jika salah satu harddisk rusak secara fisik maka
data tetap dapat diakses dari harddisk lainnya. Mirroring maksudnya setiap
harddisk penyimpan data memiliki satu harddisk sebagai pem-backup data untuk
mengembalikan data yang rusak ke data semula. Kelebihannya adalah keandalan
dalam mengembalikan data lebih baik. Sedangkan kekurangannya adalah
membutuhkan biaya lebih mahal karena membutuhkan biaya 2x lipat. Contoh :
Sebuah server mempunyai 2 unit harddisk dengan
kapasitas masing-masing 80GB dan dikonfigurasi dengan RAID 1. Setelah beberapa
tahun, salah satu harddisknya mengalami kerusakan fisik. Namun data pada
harddisk lainnya masih dapat dibaca, sehingga data masih dapat diselamatkan
selama bukan semua harddisk yang mengalami kerusakan fisik secara bersamaan.
3.)
RAID 2
Membutuhkan
minimal harddisk sebanyak 5buah (n + 3 dimana n > 1 dengan n = jumlah
hardisk data). Prinsipnya adalah sama dengan menggunakan prinsip stiping. Hanya
saja yang membedakan adalah ditambahkannya 3 harddisk sebagai fungsi parity
hamming yang fungsinya sebagai penyimpan hamming code dari hasil perhitungan
tiap bit-bit yang ada di harddisk untuk koreksi errornya, sehingga data lebih
reliable (handal). Jadi kelebihannya adalah data lebih handal dengan 3 harddisk
sebagai koreksi errornya. Kekurangannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mengakses data menjadi lama dan RAID 2 tidak digunakan karena kita tidak
memerlukan koreksi error yang terlalu banyak yang malah dapat meyebabkan waktu
akses lebih lama.
4.)
RAID 3
Membutuhkan
minimal harddisk sebanyak 3 buah (n + 1 dimana n > 1 dengan n = jumlah
hardisk data). Juga menggunakan sistem striping dengan harddisk tambahan
sebagai reliability, namun disini hanya ditambahkan sebuah harddisk
sebagai parity hamming. Harddisk terakhir inilah yang digunakan untuk menyimpan
parity hamming dari hasil perhitungan tiap bit-bit yang ada di harddisk
lainnya.
Contoh : Kita mempunyai 4 harddisk (harddisk A, B,
C, dan D) dengan ukuran sama 500GB. Jika kita mengkonfigurasikannya dengan RAID
3, maka kapasitas yang didapatkan adalah 3 x 500GB = 1,5 TB. Sedangkan haddisk
D digunakan untuk menyimpan informasi parity (bukan data) dari ketiga harddisk
lainnya. Ketika terjadi kerusakan fisik dari salah satu harddisk utama (A,B,C)
maka data tetap fapat dibaca dengan memperhitungkan parity yang ada di harddisk
D. Jika hardisk D yang mengalami kerusakan, maka data tetap dapat dibaca dari
ketiga harddisk lainnya.
5.)
RAID 4
Hampir
sama dengan RAID 4 yang juga membutuhkan minimal harddisk sebanyak 3 buah
(n + 1 dimana n > 1 dengan n = jumlah hardisk data). Juga menggunakan sistem
striping dengan harddisk tambahan sebagai reliability, dan hanya ditambahkan
sebuah harddisk sebagai parity hamming. Yang membedakan adalah pada RAID 4
harddisk terakhir yang digunakan untuk parity hamming bukan berasal dari
perhitungan bit-bit data melainkan dalam ukuran yang lebih besar yakni dalam
ukuran blok-blok data. RAID 4 jarang digunakan karena sering terjadi bottleneck
yaitu penyempitan jalur data saat mengakses data sehingga dapat menyebabkan
komputer hang (bekerja tidak maksimal).
6.)
RAID 5
Pada
dasarnya RAID 5 sama dengan RAID 4, yang membedakan adalah parity terdistribusi.
Tidak menggunakan harddisk khusus untuk menyimpan paritynya, melainkan parity
disebar ke seluruh harddisk. Harddisk minimal yang dibutuhkan juga sama 3 buah
(n +1 dimana n > 1 dengan n = jumlah hardisk). Parity disebar disetiap
harddisk dilakukan untuk mempercepat akses dan menghindari bottleneck yang
terjadi karena akses harddisk yang tidak terfokus pada kumpulan harddisk yang
berisi data saja.
7.)
RAID 6
Umumnya
RAID 6 adalah peningkatan dari RAID 5. Penambahan parity menjadi 2 (p+q). Jumlah
haddisk minimalnya menjadi 4 buah ( (n +2 dimana n > 1 dengan n =
jumlah hardisk). Penambahan harddisk ditujukan untuk menanggulangi jika suatu
saat ada dua buah harddisk rusak secara bersamaan sehingga masih dapat
ditoleransi. Misalnya jika sebuah harddisk mengalami kerusakan, saat proses
pertukaran harddisk tersebut terjadi kerusakan lagi di salah satu harddisk yang
lain, maka masih dapat ditoleransi dan tidak mengakibatkan kerusakan data di
harddisk yang bersistem RAID 6.
http://memori-fahmi.blogspot.com/2011/11/pengertian-dan-jenis-raid-redudant.html
https://www.google.co.id/
https://www.google.co.id/
0 komentar:
Posting Komentar